Mengalokasikan Perhatian

Wawan Prasetyo
4 min readDec 19, 2023

Rolf Dobelli dalam bukunya The Art of The Good Life berpesan bahwa “semakin cepat menghapus iri hati dari daftar emosi, semakin baik kehidupan”.

Penyakit Iri Hati.

Rumput tetangga lebih hijau adalah istilah yang mewakili sebagian besar umat manusia hari ini. Kebahagiaan, kesuksesan dan keberhasilan orang lain yang terlihat seolah-olah menggambarkan keseluruhan hidup orang tersebut.

Lantas kemudian kita membandingkan diri hingga mengurangi kepuasaan hidup. Media sosial menjadi jendela yang paling sering kita kunjungi untuk “menengok” rumput tetangga. Alhasil, tidak sedikit orang-orang yang dituntut untuk memenuhi standar kebahagiaan dan kesuksesan di dunia maya.

Mengapa kita seakan-akan semakin menderita saat membandingkan diri dengan orang lain? Itulah hal yang menarik dari iri hati, memperbesar kecemburuan.

Hidup di era keberlimbahan informasi justru membuka ruang-ruang baru yang menyimpan potensi kecemburuan tinggi. Utamanya di media sosial, banyak yang berlomba-lomba beternak jumlah likes, comment. Belum lagi menampilkan pencapaian dengan cara flexing.

Semakin banyak orang yang mengejarnya, semakin banyak pula yang frustasi dan lelah. Lantas apa jalan keluarnya?

Ya berhentilah membandingkan diri. Memang lebih mudah mengucapkan dari pada melakukan. Namun, itulah faktanya.

Utamanya tulisan ini ditujukan untuk diri sendiri, namun sengaja dibagikan mana tau kita memiliki keresahan atau home work yang sama.

Photo by Aaron Burden on Unsplash

Tips 1: Jujur dan Produktif.

Berapa banyak manusia di luar sana yang berjuang banyak demi sedikit, cukup. Sedangkan sebagian lainnya berjuang sedikit untuk memperoleh banyak, rakus. Hidup jujur seharusnya mampu menuntun kita pada rasa cukup.

Sikap jujur adalah manifestasi kita pada-Nya yang telah menitipkan amanah untuk menjadi seorang pemimpin. Menjadi hamba yang membawa rahmat, for the better world.

Menjauhkan diri dari iri hati juga dapat diminimalisir dengan kegiatan produktif. Misalnya mengikuti berbagai kegiatan sosial maupun pemberdayaan. Disana kita menyaksikan betapa antusiasnya mereka menikmati waktu dan suguhan pengetahuan yang kita berikan.

Hidup produktif artinya perlu rencana hidup. Setiap orang memiliki value dan prinsip yang berbeda. Namun, jika muaranya adalah kebaikan. Maka setiap aktivitas produktif yang dijalankan mampu mengusir ketidakbahagiaan dari iri hati.

Tips 2: Mengalokasikan Perhatian

Tips 2 adalah pesan personal dari “saya hari ini” untuk “saya besok hari”. Cukup spesial sampai dijadikan judul utama.

Kita perlu belajar banyak tentang Stoikisme, salah satu penawar terbaik untuk racun iri hati masa kini. Ajarannya menuntun kita untuk mengontrol hanya yang ada dalam kendali kita.

Bahkan ajarannya yang lain berpesan bahwa kita musti mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi dalam hidup. Baik itu kejadian positif maupun negatif.

Bayangkan setiap hari kita melihat notifikasi dari media sosial, e-commerce, surel hingga berbagai notifikasi lainnya yang memang didesain untuk mengambil alih fokus kita.

Fokus adalah sumber daya yang berharga selain waktu dan uang. Bayangkan saat kita sedang berada dalam satu forum nasional dengan berbagai tokoh. Saat itu, kita duduk sebagai peserta yang seharusnya mencatat, memperhatikan dan mengajukan pertanyaan untuk menambah khazanah.

Tiba-tiba fokus kita terpecah saat melihat notifikasi berita tentang artis yang mendua, ramalan bencana. Saat itu pula kita akan kehilangan momentum.

Hal itu juga terjadi di sekolah, kampus, tempat kerja dan ruang publik.

Lantas bagaimana fokus dapat meminimalisir iri hati?

Fokuslah pada kemampuan dan kesempatan yang kita miliki. Pada umur saat ini, memang akan ada rekan yang mencapai karir lebih baik. Namun, pada kesempatan yang sama, berapa banyak orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan?

Fokuslah pada rencana hidup. Bisa saja kita khawatir rencana tersebut gagal terwujud. Namun ingatlah pesan Tan Malaka bahwa dalam proses perjuangan kita akan terbentur, terbentur, terbentur dan terbentuk.

Fokuslah pada nilai. Juga prinsip yang kita percaya. Memegang teguh hal tersebut dapat membuka pintu kebahagiaan.

Fokus dan kebahagiaan saling terhubung, ilmuwan Paul Dolan berpesan bahwa “kebahagiaan anda ditentukan oleh cara anda mengalokasikan perhatian”

Photo by Karl Hedin on Unsplash

Mari, kita pelihara sikap jujur, produktif dan mengalokasikan fokus kepada hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup.

Terakhir, pemenang Hadiah Nobel Bertrans Russel menganggap bahwa iri hati sebagai salah satu sumber penting ketidakbahagiaan.

Harusnya kita belajar dari Farrel, bahwa hidup ojo dibanding-bandingke, saing-saingke. Karena akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita mulai dari aspek usia, karir, pencapaian bahkan kekayaan.

--

--

Wawan Prasetyo

Mencari makna hidup sambil berkarya di Yayasan Hasnur Centre. Temukan saya di @wawprasetyo