Menciptakan Ruang Aktualisasi Melalui Koperasi Mahasiswa

Wawan Prasetyo
2 min readDec 20, 2020

--

Darah muda darahnya para remaja kata Bang Roma. Masa-masa haus akan pengalaman dan senang mencoba hal-hal baru.

Darah muda yang melangkahkan kaki dan tiba di gerbang perkuliahan disiapkan dengan suguhan “kesempatan” dan “peluang” mengeksplorasi diri lebih jauh dan mendalam. Suguhan itu dengan meriah disambut oleh berbagai organisasi mulai dari himpunan mahasiswa hingga unit kegiatan mahasiswa. Tidak terkecuali Koperasi Mahasiswa (KOPMA).

KOPMA secara terang-terangan menjalankan roda organisasi sekaligus operasional bisnis. Mempunyai “dua kelamin”, yang satu sebagai UKM yang mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada pihak rektorat dan yang satu sebagai badan usaha yang berkewajiban membangun pola hubungan dengan pihak kedinasan maupun kementerian.

Darah mudanya mahasiswa untuk menjadi manusia yang bermanfaat diwakilkan oleh Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan memposisikan bahwa aktualisasi diri berada pada level tertinggi kehidupan manusia.

Abraham Maslow Hierarchy of Needs

Darah muda yang sekarang kita sebut sebagai mahasiswa adalah ujung tombak penerus estafet peradaban bangsa ini. KOPMA sebagai inkubator pengembangan diri harus berada di garda terdepan mewadahi mahasiswa sebagai anggota koperasi untuk mengolah potensi yang mereka miliki.

John Ropke menegaskan bahwa kunci keberhasilan dan perkembangan usaha koperasi dipengaruhi oleh faktor pengelola, pelayanan, permodalan, partisipasi anggota dan pembinaan pemerintah. Ditambahkan oleh Jajang (2004) kunci keberhasilan koperasi terletak pada partisipasi anggota. Berbicara mengenai partisipasi anggota, jelas bahwa fokusnya akan berpusat pada anggota dan pengurus sebagai pengelola.

KOPMA seharusnya menyambut mahasiswa sebagai tamu yang harus diberikan suguhan menarik. Memberikan mereka penawaran ekslusif jika bergabung sebagai anggota KOPMA. Asumsikanlah sebagian besar yang bergabung motifnya untuk mengaktualisasikan diri. Sehingga menjadi pekerjaan mulia bagi KOPMA untuk memfasilitasi anggota dengan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan diri.

Contoh kegiatan fasilitasi anggota yang sudah dijalankan KOPMA BS UPI adalah Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM). Mereka mengajak anggota untuk melek berwirausaha mulai dari menanamkan entrepreneurship-mindset hingga pelatihan kewirausahaan. Hemat saya, fasilitas itu belum purna. Pengurus harusnya menjadi bridge antara anggota, mentor bisnis hingga investor. Dan semestinya membuka jalur channelling dengan berbagai komunitas sejenis. Dan yang perlu dipahami adalah barter value yang dimiliki KOPMA. Sehingga dalam jangka waktu tertentu terbentuklah ekosistem yang potensial. (Mari belajar konsep inkubator dari InnoCircle Initiative di Purwokerto dan Siger Innovation Hub di Lampung)

Sampai disini, pengurus harus lebih sering “nongkrong” untuk membuka jalan baru, berjejaring dengan lembaga maupun komunitas kreatif hingga mempunyai database channelling.

Saya yakin dan optimis bahwa KOPMA mampu menjadi ruang aktualisasi bagi para darah muda. Anggota yang partisipatif dan pengurus yang ulet berjejaring menjadi kunci. Katakanlah ini hanya persoalan waktu.

Saya pinjam motivasi Steve Jobs “Stay hungry, stay foolish,” Darah Muda!

--

--

Wawan Prasetyo
Wawan Prasetyo

Written by Wawan Prasetyo

Mencari makna hidup sambil berkarya di Yayasan Hasnur Centre. Temukan saya di @wawprasetyo

No responses yet