Kaderisasi adalah Proses Menemukan dan Mengalami
Hari ini, 1 Agustus 2019. Kampus saya kembali diriuh ramaikan dengan penyambutan mahasiswa baru. Tradisi tahunan yang menguras banyak pikiran, waktu hingga tenaga untuk membentuk adik-adik kesayangan menjadi kader yang sesuai ekspektasi. Mahasiswa yang ideal.
Kaderisasi dewasa ini nampaknya masih menunjukkan “taring” senior pada juniornya. Hal yang saya anggap sudah melenceng dari relevansi zaman. Bahwa kemudian kaderisasi menjadi suatu budaya “balas dendam” merupakan suatu hal yang perlu diruntuhkan, bahkan dihapuskan. Kaderisasi hampir selalu menjadi koridor untuk “memaki” yang sedikit salahnya, bahkan “menindas” yang dinilai lebih dari sedikit salahnya.
Senegatif itulah konotasi kaderisasi masa kini. Padahal kaderisasi bukan hanya sekedar membuka ruang untuk memarahi yang masih belajar, karena sejatinya yang mengkader dan dikader mendapatkan simbiosis mutualisme. Yang mengkader mendapatkan pengalaman untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam melakukan dan berpikir. Yang dikader pun mendapatkan pengalaman untuk menyesuaikan diri dan pikiran di lingkungan baru.
Bagi yang mengkader, kaderisasi adalah proses menemukan calon pemimpin, calon penerus tonggak organisasinya. Penerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Adapun bagi yang dikader, kaderisasi adalah proses mengalami. Mengalami secara langsung bagaimana diri dituntut untuk menyesuaikan dengan status “mahasiswanya”. Menyesuaikan pula pola pikirnya dengan status “mahasiswanya”. Status yang begitu penuh tanggung jawab karena masyarakat akan menempatkannya digarda terdepan untuk memperjuangkan keadilan. Bahwa kemudian hal tersebutlah yang harus diperjuangkan ketika menyandang status mahasiswa.
Kaderisasi perlu dipahami sebagai proses jangka panjang. Proses menanamkan pola pikir yang mengedepankan kritik tepat sasaran dan saran membangun. Kaderisasi adalah ruang belajar untuk menemukan kemandirian, jati diri dan pemahaman terhadap status yang disandang (mahasiswa). Setiap orang punya kelebihan dan kelemahan disetiap bidangnya masing-masing. Kaderisasi bukan tolak ukur, hanya sebuah wadah, untuk menemukan dan untuk mengalami.
Salam perjuangan!
#SeringSharing