Bagaimana Koperasi Mahasiswa Tetap Relevan dengan Zaman?

Wawan Prasetyo
4 min readNov 1, 2021

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memberikan dampak perubahan keterampilan dan pengetahuan yang mulai tidak relevan dengan zaman. Hal tersebut ditambah dengan disrupsi yang hadir. Ambil saja contoh bagaimana kemudian ojek pangkalan mulai ditinggalkan ketika ojek berbasis aplikasi mulai menjamur di Indonesia karena sudah tidak relevan dengan zaman serba digital.

Koperasi Mahasiswa (KOPMA) sebagai laboratorium anak muda tentu perlu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman jika tidak ingin tertinggal. Tirulah Bapak Koperasi Bung Hatta dengan semangat belajarnya yang tinggi serta daya jelajah pikirnya yang visioner.

Presiden Jokowi dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia, 27 Juli 2021 menyampaikan pidato:

“Jangan sampai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa itu justru tidak menyongsong masa depan. Pengetahuan dan keterampilan yang hebat di masa kini bisa jadi sudah tidak dibutuhkan lagi dalam lima tahun atau sepuluh tahun ke depan. Mahasiswa harus disiapkan (untuk) menguasai pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk zamannya”

Sebelum membawa KOPMA berlayar ke “lautan digital”, kita perlu menjadi manusia yang relevan dengan zaman. Artinya kita perlu sadar bahwa untuk menciptakan sesuatu yang baru tidak bisa hanya dengan cara “masa lalu”. Kemudian jangan melihat masa depan ada disana lagi, justru masa depan adalah hari ini.

Saya ikut mengurus KOPMA selama rentang 3 tahun menjadi mahasiswa. Selama itu pula saya mengurus KOPMA dengan pendekatan “masa lalu” daripada menghadirkan “masa depan”. Berikut secuil cara bagaimana kemudian KOPMA tetap relevan dengan perkembangan zaman.

  1. Menyadari Sunk Cost Trap dan Success Trap

Psikolog Hammond, Keeney dan Raiffa (2011) menyebut sunk cost trap sebagai biaya tenggelam. Perangkap yang dimaksud adalah ketika kita maupun organisasi membiarkan aset-aset yang tidak bergerak atau bahkan dalam konteks program kerja mengerjakan hal-hal yang itu saja karena warisan para senior. Padahal sebenarnya program tersebut bisa jadi sudah tidak menguntungkan tetapi tetap dijalankan dengan alasan sudah terlanjur direncanakan. Padahal, sebagai mahasiswa yang bergelar agent of change sudah seharusnya mencari 1001 cara agar menemukan alternatif yang lebih menguntungkan.

Kemudian, success trap atau perangkap kesuksesan. Hal ini biasanya terjadi karena merasa selalu berhasil menggunakan cara, metode dan pendekatan lama. Misalnya di KOPMA dalam proses perekrutan anggota selalu meraup jumlah banyak karena ada agent yang turun langsung door to door. Namun, dengan kondisi serba-berjarak masa kini, tentu pendekatannya harus lebih adaptif dan relevan. Misalnya memproduksi konten TikTok mulai dari membuat promosi yang sedang happening ala-ala Squid Game atau menggunakan sound yang sedang digemari seperti “langit bisakah kau turunkan…”

Jangan sampai kemudian KOPMA “memperkosa” anggota dengan memaksanakan sesuatu yang sudah ditinggalkan.

2. Mau Belajar

Rhenald Kasali (2017) dalam bukunya berjudul The Great Shifting menyebut zaman sekarang sebagai abad informasi. Kita selalu dibanjiri informasi mulai dari menyapa pagi hingga berpisah dengan malam. Bahwa kemudian dengan hal tersebut tentu kita diberikan pilihan apakah ingin belajar atau melewatkannya, memilih informasi yang kaya akan gizi atau terperangkap dengan informasi yang hanya penuh sensasi tanpa esensi.

KOPMA dalam hal ini perlu menciptakan semacam knowledge management agar pengurusnya mau belajar dan menyesuaikan wawasan perkoperasian yang kekinian dan anak muda banget. Jangan sampai suguhan yang diberikan hanya berputar dilingkup yang itu-itu saja, carikan dan pelajari referensi-referensi bacaan koperasi yang relevan dengan perkembangan zaman. https://idxcoop.kemenkopukm.go.id/knowledge-base/mindset-kiat/

Wildhansah (2021) menegaskan “koperasi yang eksis hari ini kebanyakan tidak berusaha menyegarkan semangatnya. Mereka menjadikan tradisi, kebiasaan, pengalaman masa lalu dan pola kerja lama sebagai obat generik untuk berbagai macam penyakit yang menjangkiti koperasi”. Artinya, kita tidak mau belajar dengan pola dan metode baru yang lebih sesuai dengan zaman.

Kita harus mau belajar sepanjang waktu karena Steve Jobs pernah berkata “stay foolish, stay hungry”.

3. Istiqomah Berjejaring

Baru-baru ini disebutkan bahwa Communication & Collaboration termasuk dalam 21st Century Skills atau keterampilan abad 21. Keterampilan itu pula yang erat kaitannya dengan “berjejaring”. Bagaimana kemudian kita dapat berjejaring dengan efektif dan berkelanjutan.

Mulailah dari sikap rendah hati. Caranya sederhana: ikuti webinar tokoh koperasi yang kekinian, dm instagram KOPMA lain programnya lebih segar, berkoneksi dengan orang lain di LinkedIn, rajin membaca buku.

Berjejaring adalah bentuk pengakuan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang dan organisasi lain. Dengan pengakuan seperti itu justru kita dapat berkolaborasi dan menggabungkan sumber daya dengan KOPMA lain agar mampu menciptakan program dan terobosan yang lebih segar dan kekinian.

Tidak sama halnya dengan mie instan, berjejaring ini butuh waktu bulan ke bulan hingga tahun ke tahun. Perlu meninggalkan sesuatu yang dikenang dan menjadi investasi bagi calon kolaborator seperti membangun silaturahim yang menyenangkan, menanamkan attitude yang berkesan, serta menjadi pendengar yang baik nan solutif. Agar kemudian selaras dengan prinsip “usaha tidak akan mengkhianati hasil” dan “apa yang kita tanam itulah yang kita tuai”.

Insan muda Hatta hari ini adalah pemegang masa depan koperasi Indonesia. Satu-satunya badan usaha berbasis ekonomi kerakyatan yang paling ramah dan sesuai dengan cita-cita bangsa. Mudah-mudahan kita adalah anak muda yang senantiasa “mengosongkan gelas” dan siap belajar. Kapan kesempatan untuk memajukan KOPMA itu datang?

Jawabannya: kesempatan akan datang kepada orang-orang yang siap. Karena keberhasilan adalah pertemuan antara kesempatan dan keberuntungan.

Salam Pemuda Indonesia! Bravo Koperasi Mahasiswa!

--

--

Wawan Prasetyo

Mencari makna hidup sambil berkarya di Yayasan Hasnur Centre. Temukan saya di @wawprasetyo